Apa hubungan antara menulis dan kesehatan? Tahun 1990-an, Dr. James W.
Pennebaker melakukan penelitian selama 15 tahun tentang pengaruh membuka
diri terhadap kesehatan fisik. Hasil penelitian tersebut, ia tulis
dalam buku "Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions", bahwa
menulis menjernihkan pikiran, menulis mengatasi trauma, menulis
membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, menulis membantu
memecahkan masalah, dan menulis-bebas membantu kita ketika terpaksa
harus menulis.
Menulis Menyehatkan Jiwa
Fatima Mernissi, berpendapat bahwa menulis menyehatkan, bahkan
membuat awet muda. Menurutnya, jika kita setiap hari menulis, maka kulit
kita menjadi tetap segar. Saat kita bangun, menulis meningkatkan
aktivitas sel. Dengan coretan pertama di atas kertas kosong, kantung di
bawah mata akan segera lenyap dan kulit akan terasa segar kembali.
Lebih menarik lagi adalah kisah John Mulligan. Selama enam tahun,
veteran perang Vietnam ini menjadi gelandangan di North Beach, San
Fransisco. Pengalaman berdarah-darah di Vietnam membuatnya trauma.
Jiwanya terluka dan hampa. Akan tetapi hidupnya berubah sama sekali
setelah ia mengikuti workshop kepenulisan yang diadakan oleh penulis
masyhur, Maxine Hong Kingston.
Sepulang dari workshop itu, ia memiliki paradigma baru, perasaan
baru, dan kehidupan baru. Ia pun mulai menuliskan semua perasaannya.
Ternyata itu membantunya untuk menghilang stress, kekusutan pikiran, dan
beban hidupnya. Akhirnya menjadi seorang novelis. Penulis novel
Shopping Cart Soldiers itu pun berkata, “Menulis menghindarkan saya dari
kegelapan hidup!”
Banyak peneliti yang mendukung pengalaman Mulligan itu: menulis
ikhwal peristiwa yang menciptakan stress adalah terapi yang digdaya bagi
pikiran dan kejiwaan. “Puluhan studi telah menemukan bukti bahwa banyak
orang merasa lebih sehat dan bahagia setelah menuliskan
kenangan-kenangan yang traumatis,” kata Dr. James Pennebaker —guru besar
psikologi University of Texas. Gagasan di balik risetnya adalah
“penerjemahan pengalaman (pahit) ke dalam bahasa akan mengubah cara
orang berpikir mengenai pengalaman itu”.
Salah satu studinya yang dipublikasikan dalamJournal of
Consulting and Clinical Psychology edisi April 1998, menemukan bukti
bahwa sel-sel T-limfosit para mahasiswa menjadi lebih aktif enam pekan
setelah mereka menulis peristiwa-peristiwa yang menekan. Suatu indikasi
adanya stimulasi sistem kekebalan.
Studi-studi lain menemukan fakta bahwa orang cenderung lebih
jarang mengunjungi dokter, bekerja lebih baik dalam tugas sehari-hari,
dan memperoleh skor yang lebih tinggi dalam uji psikologi, setelah
mengikuti latihan menulis. Di antaranya, sebuah studi yang diterbitkan
pada 14 April 1999 dalam Journal of The American Medical Association,
memperlihatkan bahwa menulis secara ekspresif mampu meringankan gejala
asma dan rheumatoid arthritis.
Nah, jika menulis menyehatkan jiwa-raga, lantas mengapa malas melakukannya? Wallahu a'lam. MENULIS MENYEHATKAN JIWA-RAGA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar